Jum’at 02-02-2007, saya nggak tau apakah ini suatu kebetulan, karena kalo dijumlah 2 + 2 + 2 + 7 = 13, dan bertepatan dengan hari Jum’at. Apakah ini yang dinamakan Friday 13th ? Atau ini sekedar tahayul berkenaan dengan hari Jumat dan tanggal 13? Saya ga’ ngeh dengan hal tersebut, tapi yang pasti tepat di hari Jumat tanggal 2 Februari 2007 itu telah terjadi bencana banjir yang sama sekali gak kebayang dan sama sekali gak kelintas dalam pikiran.
Tepatnya jam 2 dinihari aku terbangun dari tidur, dan masayaallah air sudah masuk ke dalam rumah. Tetapi aku hanya berpikir bahwa itu akan segera berakhir dan air segera surut. Karena berdasarkan informasi penduduk yang sudah lama tinggal di kawasan pemukiman tersebut, daerah tempat tinggalku itu gak pernah ngalami banjir, walo di tahun 2002 yang lalu banjir cuma mampir sebentar dan itupun cuma setinggi mata kaki dan berlangsung gak lebih dari 5 menit. Aku masih berpikir bahwa air akan segera surut, tetapi setelah setengah jam air bukannya surut malah bertambah ketinggiannya, dari yang sebelumnya hanya membasahi lantai sekarang sudah menggenang. Buru-buru aku naikin semua barang yang tergeletak dilantai dan semua barang yang kemungkinan basah oleh air yang makin lama makin naik. Awalnya barang-barang tak naikin diatas meja saja, tetapi ini gak bertahan lama karena sepertinya ketinggian air terus memburu. Sekitar jam 4 pagi, ketinggian air sudah mencapai 15 cm. Dibantu dengan istri kami segera berkemas, tapi cuman menaikkan barang lebih tinggi dari ketinggian meja saja. Kami masih berharap air akan segera surut, dan nanti siang segera berangkat kerja karena jam 10-an aku ada janji dengan customer. Harapan tinggallah harapan, air semakin tinggi dan aku mulai panik. Anak yang sudah bangun melihat air dalam rumah malah tertawa, “ ihh ada air , Idang mo berenang ya Yah?”. Yah dasar anak-anak mereka gak ngerti. Dan aku ngsih tau kalo sedang banjir, entah ngerti ato gak tapi yang pasti setelah tak kasih tau dia mulai tenang dan gak rewel. Akhirnya jam 7.30an air sudah setinggi paha orang dewasa. Jadi kugendong anakku tak ungsikan ke rumah adik yang kebetulan satu komplek dan kontrakannya kebetulan ada lantai dua di bagian belakang rumah yang biasanya untuk njemur. Sementara aku ngungsikan anak, istriku yang juga panik dirumah berusaha menitipkan barang-barang elektronik yang bisa diangkat disebelah rumah yang mempunyai rumah tingkat. Dan berikutnya aku buru-buru pulang kerumah, ya ampuuun, air semakin naik. Aku betul – betul panik. Adikku yang tinggal di bandung nelp dan nyaranin nyari palu dan tangga. Akhirnya aku temukan palu dan tangga, dan eternit rumah aku jebol aja dengan palu tersebut. Baju, buku, dan apa aja yang bisa diselamatkan, kami masukkan ke dalam sarung yang salah satu ujungnya sudah aku iket. Baju-baju tersebut saya masukin aja kedalam sarung tersebut, walo susah karena air sudah mulai melewati ketinggian “udel”. Mungkin karena panik tetep aja ada baju yang gak sempet aku selametin, yang akhirnya kerendem di air. Sepatu, buku, dan beberapa barang lain yang saat itu gak keliat karena ada diruang sebelah lolos dari pengamatan yang akhirnya rusak. Dan…….buku koleksiku juga hancur………..sedih sekali, tapi aku gak ambil pusing (saat itu). Sebetule kami belum selesai nylametin baju dan barang lainnya di “plafon/pyan”, karena ketinggian air sudah hampir setinggi dada, maka istriku tak suruh segera ngungsi ke rumah adik yang tadi aku ngungsikan anak kesana. Tinggal aku sendiri dirumah. Kursi, meja, tempat tidur, kasur, dan beberapa perabot lain termasuk barang-barang dapur sudah mulai ngambang kesana kemari. Aku tambah semakin panik. I don’t know, what should I do. Pelan-pelan aku selamatkan barang dengan cara yang sama seperti di atas. Rasane seperti mau nangis, tapi nangisin apa…… Yah aku tetep berusaha tegar. Rasa capek, dingin, lapar mulai nyerang. Tapi barangku semaksimal mungkin harus selamat.
Sampai akhirnya aku gak sadar kalo air sudah setinggi leher, aku pikir kalo aku tetep disini, aku gak bisa ngungsi dan akan membahayakan diri karena ketinggian air di jalan pasti sudah setinggi telinga bahkan lebih. Menyadari hal itu aku buru-buru ambil kunci rumah dan motor yang sudah tenggelam duluan tak kunci stang. Pintu tumah dan pagar aku kunci dengan susah payah karena yang pasti aku sudah gak bisa ngeliat lubang kunci dan gembok pagar. Akhirnya aku berhasil ngunci rumah dan pagar, dengan sedikit berenang dan sedikit jalan (jinjit) karena air bener-bener sudah setinggi mata. Aku berusaha kerumah adik yang kira-kira sejauh 200m dari rumah. Ya ampuunnnn, gimana carane berenang dan jalan di air stinggi itu, sementara rasa capek, lelah, ngantuk, lapar, dingin, panik, takut dan berjuta rasa lain menyerang. Ya Allah, berilah hamba kekuatan, “Saya harus selamat” itu saja yag terlintas dalam benak, karena bagaimanapun anak dan istri menunggu di rumah adik sana. Untung tiap Sabtu aku rutin berenang bersama keluarga, jadi berenang dengan jarak 200m bukan masalah bagi saya, cuman karena aku sambil bawa baju kering yang tak bungkus plastik untuk ganti nanti, jadi agak susah ditambah saat lewat perempatan jalan, ada arus yang lumayan kenceng membuat saya harus waspada, dan Alhamdulillah, aku berhasil nyampe rumah dengan selamat. Istri, adik dan anak menunggu dengan cemas karena air betul-betul sudah mencapai ketinggian di atas kepala.
Semua lega ketika aku nyampe rumah itu. Dan aku nyari handuk untuk ngeringin sekaligus ngangetin badan karena rasa dingin menyerang dan membuat aku seperti fly untuk beberapa saat.
Tapi kecemasan belum usai, istri adikku yang lagi hamil 9 bulan yang ngungsi ke rumah sodara yang gak kena banjir di daerah Pondok Kopi ditemeni sodaranya belum ada kabarnya sama sekali dihubungin gak bisa nyambung. Dan ini berlangsung sampe sore baru ada khabar kalo sudah nyampe pondok kopi, dan itupun nyaris juga terbawa arus, dia selamat karena lewat rel kereta api untuk bisa nyampe Pondok Kopi. (kesian sekali, mana lagi hamil 9 bulan lagi). Tapi yang penting semua sudah selamat.
Akhirnya hari itu kami tinggal di lantai atas walo belum ada tembok, tapi sudah ada atapnya, minimal kita gak kehujanan. Dan untuk nahan angin dan tampias hujan kami bentangin kain dan sprei di tiang atap rumah tersebut. Lumayanlah, kami bisa berlindung dari hujan, walo kadang air hujan masih mengenai kami kalo diserta angin. Dan untuk hari itu kami masih bisa bertahan karena beberapa bahan pangan yang ada dikulkas dan beras sempat kami selamatkan. Dan dengan kompor minyak kami masak sekedarnya untuk ngisi perut yang kosong belum terisi mulai pagi. Kondisi kami saat itu masih kaco, dengan rasa was-was takut air akan semakin naik lagi.
Beberapa kali kami naik ke atap rumah untuk melihat kondisi ketinggian air. Walo hujan masih ngguyur tapi kami harus tetep tahu kondisi terakhir. Bagaimana cara ngukur ketinggian air kami sudah gak ngerti lagi. Akhire aku selalu liat pagar depan rumah dan mobil yang di parkir. Lama kelamaan mobil cuman keliatan kapnya aja, dan menjelang maghrib kap mobil tinggal ujung atasnya aja, sedangkan pagar rumah sudah tidak keliatan lagi. Dan malam itu kami tidur di teras atas rumah dengan sedikit dag dig dug takut air naik terus. Mungkin karena capek sekitar jam 11 malam saya tertidur, dan kadang masih harus bangun karena angin mengbrak-abrik kain yang tak bentangin sehingga mau gak mau mengganggu tidur. But everything is OK, gigitan nyamuk sduah gak tak rasakan, saya khawatir kondisi anak dan istri aja, karena anak gak mau makan, cuman makan mie instant satu bungkus dan susu doang. Semoga saja mereka sehat-sehat saja. Dengan penerangan lampu lilin seadanya kami melewati malam dengan was-was dan gelisah.
Alhamdulillah akhirnya pagi datang juga. Saya berharap pagi datang dengan membawa secercah terang dengan surutnya air, tap apalah daya ternyata air masih tetap belum surut. Kami memulai hari dengan nongkrong di atas genteng, sekitar jam sembilan pagi air perlahan mulai surut sebatas dada orang dewasa, dan perahu karet bantuan dari PMI, TNI dan PKS mulai muncul nyelametin siapa aja yang kejebak air dan beraksud mau ngungsi. Jam 11 an air sudah setinggi perut dan aku berusaha nyari perahu karet agar lewat didepan rumah agar istri dan anak bisa numpang keseberang untuk ngungsi kemana aja yang penting selamat. Perahu karet akhire datang juga, dengan tangis anak saya tak naikin ke perahu karet disusul istri dan mertua adik saya untuk selanjutnya ngungsi ke Pondok Kopi yang aman gak kebanjiran. “Aman” itu yang ada dalam benak mengingat air pelan-pelan mulai surut. Sekitar jam 2 siang air sudah setinggi lutut artinya sebentar lagi air betul betul akan surut dan gambaran untuk membersihkan rumah sudah kebayang. Dan aku mencoba jalan nengok rumah yang sudah aku tinggalin semalaman, dan “Ya Allah , semua berantakan dan ancurrrrrrr?!! Basah terendam air banjir yang sudah gak berwarna coklat lagi bahkan cenderung berwarna hitam pekat. Aku pasrah saja apa yang akan terjadi. Jam 4 sore aku merasakan ada indikasi gak baik, air yang tadinya sudah selutut, sekarang kembali naik mejadi sepinggang, dan menjelang maghrib kembali sedada. Aduuuuh!!! Ada apa lagi ini, kenapa air naik lagi? Aku berusaha mencari informasi tentang ini, dan ada patroli yang mengatakan kalo tanggul di Bekasi Jebol dan air mengarah ke perumahan. Ampuuun, ya Allah berilah hamba kekuatan. Malam itu saya hanya sendirian di rumah melihat air yang terus naik hingga pagarpun kembali tenggelam bahkan lebih parah dari yang sebelumnya. Bagaimana lagi selain menunggu. Aku duduk di atas atap rumah dengan membawa “sentolop” berpayung itam. Wis pokoke indahlah dunia saat itu. Sambil bercanda dengantetangga yang sama-sama nangkring di atap rumah kami melewati malam. Hujan yang mengguyur lumayan lebat disertai angin memaksa kami turun dari singgasana atap rumah, dan aku tertidur sejenak. Sekitar jam 2 dinihari ada kecipak air lewat depan rumah dan ngasih info ke penduduk alo air tanggul jebol lebih parah. Dan rasa panic, was-was dan sejuta rasa lain menghantui, hingga aku gak tidur sampe menjelang subuh karena takut air semakin meninggi. Rasa capek, ngantuk dan gak tau namanya memaksa aku tertidur sape jam 6an, tapi lumayalah masih bisa tidur.
Hari ketiga (minggu) air pelan sekali surut, tapi gak papalah yang penting surut. Masak Mie Instant menjadi kegiatan pertamaku karena gimana lagi perut harus ke isi. Jam 9-an ada kabar gembira air pelan-pelan surut dan adikku yang di Bandung datang. Dukungan moral setidaknya sudah datang. Dan yang pasti dukungan financial sedikit membantu. Gimana nggak dalam kondisi seperti itu ATM dimana-mana gak berfungsi, kalopun berfungsi gak ada duitnya. Nah dengan datangnya adik dari Bandung ada rasa adhem dalam hati, karena Anak dan Istriku akan diajak ngungsi ke Bandung sampe air bener-bener surut dan lenyap dari komplek perumahan. Dan bener akhire anak istri ikut ngungsi ke Bandung selama beberapa hari sampe air bener-bener surut.
Dan sampe sore air surut tidaklah seberapa, masih sebatas dada orang dewasa. Sampe malam sepertinya keadaan tidaklah berubah, tetap. Lumayanlah dari pada air naik mending gini aja yang penting aman. Itu yang selalu ada dalam otakku. Biasa menghibur diri. Dan malam itu aku sendirian karena adik saya harus nemenin istrinya karena perutnya terasa mules dan air ketuban sudah pecah. Panik memang, but the show must go o. Adikku langsung lari ke Rumah Sakit nemenin istrinya dan aku sendirian aja nangkring di atap sampe pagi, tentunya sudah bisa tidur karena capek lelah luar biasa.
Hari keempat (Senin), air sudah mulai sedikit menyusut dari hari sebelumnyam nah disinilah masalah besar dimulai. AKu yang wis nahan beberapa hari harus UNLOADING, karena muatan dalam perut gak muat lagi. Gimana caranya, Toilet pastinya gak bisa dipake dan akhirnya……. (terpaksa sensor). Bayangin dhewe ajalah dalam kondisi seperti itu apa yang harus dikerjakan dan saya yakin semua orang melakukan hal yang sama. Hari ini aku sudah bisa keluar ke perkampungan sebelah yang gak kena Banjir, dan alhamdulillah saya makan besar hari itu, karena warteg sudah buka dan akhire aku makan nasi. Lega ???!!! ePelan tapi pasti air menyusut, menjelang sore hari air sudah sebatas pinggang, dan malam itu sambil bercanda dengan tetangga kanan kiri tentunya masih nangkring di atap. Dan sampe malam kami ngobrol sambil merhatiin kondisi air. Kelihatan sekali kalo air sudah bener-bener turun, karena ada beberapa rumah sudah mula membersihkan lantai, artinya air sudag sebatas lantai walau masih sebatas mata kaki. Aku gak peduli biar aja besok pagi mul;ai bersih-bersih. Dan malam itu saya segera tidur dengan harapan besok tenaga kembali segar dan siap tempur bersih-bersih rumah.
Hari Kelima (Selasa). Bangun pagi dengan semangat. Liat kondisi air ternya masih semata kaki, di jalanan masih sebetis. Tapi jam 8 an air bener-bener sudah turun dan sudah sebatas lantai dan dijalan sudah mulai sebatas ketinggian got normal seperti biasa. Aku langsung kontak ke Bandung minta bantuan ke Adik, karena kebetulan punya beberapa tukang yang lagi kerja di bandung, maka hari itu juga 6 orang langsung di abawa ke Jakarta. Sambil menunggu saya mula beres – beres rumah. Ngumpulin barang apa aja yang masih bisa terpakai dan masih bisa diselamtkan. Tapi sepertinya gak mungkin lagi. Segala macam buku yang tak kumpulin selama ini hancur, photo-photo, pakaian, lemari dan banyak lagi. Yang kelihatannya masih bisa dipakai tak sendiriin dan tak kumpulin sambil nggelontor Lumpur ddalam rumah. Ampun capek luar biasa. Tapi harus. Pelan-pelan aku tarik Lumpur keluar, tapi sepertine lu,pure terlalu tebel, baru sebentar aja wis bercucuran keringat. Dan akhire bantuan datang sekitar jam 12-an. Setelah istirahat sebentar jam satu mulai bersihkan sisi rumah dari Lumpur dan segala macam kotoran yang ada dan nempel dirumah. Kebetulan air PAM hidup jadi kebetulan sekali sekalian bersih. Yang bisa dicuci langsung dicuci, yang bisa diselamtkan dikumpulin dan yang kelihatan gak bisa langsung dibuang. Dan akhirnya jam 3 acara bersih-bersih dirumahka selesai, dan langsung dilanjutkan dirumah adiku di gang sebelah. Acara sama bersih-bersih dan jam 5 selesai semua. Lega sudah, rumah sudah mulai kelihatan seperti rumah, walo masih bau anyir, tapi no problemlah. Udara lembab masih sangat terasa sekali. Malam itu pasukan dari bandung langsung pulang, dan aku masih tetep sendiri, tapi gak popolah yang penting rumah sudah bersih tapi listriki belum nyala. Malam itu karena capek dan lapar aku cari tukang pijet dikampung sebelah. Dan saat itu listrik sudah nyala. Tapi rumahku belum tak nyalain, karena aku masih khawatir karena stop kontak dan skaklar semua terndam air , jadi aku masih takut kalo terjadi konslet. Dan malam itu aku masih tidur dengan tanpa nyala lampu listrik tapi lumayan sinar listrik dari jalan sudah ada jadi suasana sudah terang dan serasa lebih hidup dabn bergairah.
Hari Keenam (Rabu). Suasana bener-bener luar biasa. Semua bersih-bersih rumah. Tempat tidur, kursi, spring bed, lemari, meja kursi , kompor, dan masih banyak lagi benda yang biasanya ada dalam rumah keluar semua, turun ke jalan. Gak terkecuali satu rumahpun yang ketinggalan. Jadi bisa dibayangin suasana saat itu. Meriah koyo tujuh belasan. Jalan yang biasanya nampak lengang tiba-tiba saja menjadi seperti pasar tanah Abang. Segala macam baju, sprey dijemur diluar, tali dibentang antar ruamah depan dan depannya, semua melambai-lambai seperti bendera tujuh belasan. Kesedihan sepertinya sudah hilang. Semua sibuk. Jalan gak bisa dilewati kendaraan. Semua asyik dengan dunia masing-masing. Tapi sya gak bisa apa-apa, karena dengan nyalnya listrik artine banyak jet pump dan pompa air lainnya nyala. Karena PAM adalah satu-satunya air andalan dan banyak yang nyedot PAM dengan PAM maka air PAM dirumahkupun gak keluar aire, cumin ngosos. Jadine aku beres-beres aja yang bisa diberisin, sambil nyoba cari/beli kasur seadanya, untuk persiapan tidur tar malam karena kasur dirumah sudah gak mungkin terpakai lagi. Baru menjelang sore air bisa keluar dan akupun mulai betrsih bersih, sampe menjelang malam. Malam itu aku sudah tidur dirumahku sendiri dengan udara rumah yang masih bau den lembab. Dan di hari itu juga aku merasakan nikmatnya mandi yang seudah hamper 5 hari Cuma ada dalam bayangan aja.
Hari Ketujuh (Kemis). Rumah sudah seperti semula walo masih dengan suasana gak enak, Tapi kondisi sudah benar-benar bersih. Hati mulai tenang, perasaan was-was mulai hilang. Tapi itu cumin berlangsung sampe tengah hari. Karena jam 10an tiba-tiba langit yang cerah mendadak gelap dengan disertai petir. Dan jam 11an Hujan lebat turun. Perasaan khawatir dan was-was kembali menyerang. Dan benar, air perlahan-lahan naik ke teras rumah, merambat dari ubin satu ke berikutnya serta merta aku nyari kain pel dan kayu untuk memalangi ointu agar air gak masuk rumah lagi. Rupanya air yang sedemikian lebat ditambah kondisi got yang belum bersih membuat air kembali masuk rumah walo aku sudah berusa ngadang dengan kain dan kayu, tapi toh air tetep masuk rumah lagi. Pucat. Perasaanku mulai kacau lagi. Rasa cape yang belum lagi hilang haruskah air datang lagi.? Tapi syukurlah, hujan segera berhenti. Tapi air terlanjut masuk trumah. Tiba-tiba ada mobil lewat dengan kencang, jadi air yang sudah kutahan mati-matian agar gak masuk rumah, karena seperti didorong akhirnya meluaplah masuk rumah, dan Ya Allah, ampuni hamba ya Allah. Bagaimanapun juga air harus kutahan. Pelan-pelan air kembali surut dan segera kubersihkan rumah lagi sampe sore. Suasana masih mendung, Perasaan was-was masih terus bersemayam di hati. Hingga aku tertidur sampe pagi.
Hari Kedelapan (Jumat), Rumah sudah kembali normal, tapi Istri dan anakku masih belum pulang. Memang masih saya larang sampe kondisi bener-nener memungkinkan. Dan aku informasikan kalo mau pulang sudah siap, karena rumah sudah lumayan bersih, lagian aku wis gak mampu bersih-bersih dewean dan seminggu gak ketemu anak. Dan hari itu kami sudah berkumpul kembali dengan keluarga. Bersih-bersih terus dilakukan pelan-pelan, gak kejar targetlah, soale wis capek lahir bathin, semua yang ludes dan hancur sudah biarin aja. Dan kami memulai keidupan baru lagi dengan nafas baru tentunya. Future must be better.
Mungkin hanya ini dulu sepenggal kisah dalam acara musim 5 tahun yang diprakarsai oleh Pemerintah daerah Ibukota Jakarta dan dibantu oleh Pemda Bogor dengan kawawan puncaknya yang turut ambil peran besar dalam hajatan ini, karena nun jauh dipuncak sana, pohon dan hutan sudah berubah menjadi hutan villa orang berduit yang gak sadar dan peduli dengan lingkungan. Kalo ditanya itukan Hak Azasi. Nah HAM apalagi yang begii, apa HAM hanya milik orang kaya ? Gak taulah.
Semoga hajatan ini gak akan berulang lagi, kali ini aja kami bener2 kapok. Sampe sekarangpun kalo cuaca mendubng perasaan was-was sudah menjadi trauma . Apakah trauma ini akan sembuh, semoga yang berwenang membenahi masalah lingkungan tanggap dan segera membenahai lingkungan agar musim 5 tahunam gak akan terjadi lagi.
Tapi Mungkinkah ?
Senin, 14 Desember 2009
ombak
dicurigai memang sama sekali tidak mengenakkan, apalagi oleh orang yang sangat dekat dengan kita, sakit hati itu pasti, tapi berusaha tegar ditengah terjangan ombak. apapun dihitung padahal saya gak ngitung, gulana tapi jangan sampai ke durjana.
Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari segala godaan setan yang terkutuk, Ya Allah lindungilah kami dari segala macam mara bahaya dan bencana, lindungilah kami yang selalu bermaksiat kepadamu ini dari segala macam fitnah da'jal, peliharalah lidah ini untuk selalu menyebut dan mengagungkan namaMu, jagalah hati yang kotor ini dari segala macam penyakit iri dengki syirik apalagi kufur terhadap nikmatmu.
Ya Allah yang maha Pengasih dan Penyayang, peliharalah kami dalam ikatan sakinah mawaddah dan warohmah, peliharalah kami dari segala macam terjangan badai dan berilah kami kekuatan untuk menghadapinya.
Ya Allah, kami memang orang yang tidak pandai bersyukur, untuk itu Ya ALlah selalu bimbing kami untuk selalu berada di jalanmu, untuk selalu berjuang menegakkan agamaMu, untuk selalu memuliakan utasan RasulMu....
Ya Allah, jangan timpakan kesedihan kepada kami, jangan marahi kami ya Allah....
kami tahu, Ya Allah betapa hinanya kami dihadapanmu, kami memang tidak pantas untuk berada berada di SurgaMu, tapi kami juga tidak akan kuat dan tahan di nerakaMU ya ALlah, untuk itu lindungilah kami beserta keluarga kami dari pedihnya siksa api neraka
Ya ALlah perkenankan kami nanti mati hanya dengan Khusnul Khatimah......
Ya Allah kami takut akan siksa dan amarahMU, bangunkan jiwa kami agar kami selalu bersimpuh bersujud di hadapanMu, hingga mengering air mata ini..........
Ya ALlah bimbinglah kami merawat mendidik anak-anak yang telah Kau amanahkan kepada kami sesuai dengan ajaran dan tuntunanMu Ya Allah, hingga mereka tidak pernah lupa sedikitpun terhadap kebesarMU, Mereka yang akan menjaga Aqidah dari Mu ya Allah.....
Amin.......
Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari segala godaan setan yang terkutuk, Ya Allah lindungilah kami dari segala macam mara bahaya dan bencana, lindungilah kami yang selalu bermaksiat kepadamu ini dari segala macam fitnah da'jal, peliharalah lidah ini untuk selalu menyebut dan mengagungkan namaMu, jagalah hati yang kotor ini dari segala macam penyakit iri dengki syirik apalagi kufur terhadap nikmatmu.
Ya Allah yang maha Pengasih dan Penyayang, peliharalah kami dalam ikatan sakinah mawaddah dan warohmah, peliharalah kami dari segala macam terjangan badai dan berilah kami kekuatan untuk menghadapinya.
Ya Allah, kami memang orang yang tidak pandai bersyukur, untuk itu Ya ALlah selalu bimbing kami untuk selalu berada di jalanmu, untuk selalu berjuang menegakkan agamaMu, untuk selalu memuliakan utasan RasulMu....
Ya Allah, jangan timpakan kesedihan kepada kami, jangan marahi kami ya Allah....
kami tahu, Ya Allah betapa hinanya kami dihadapanmu, kami memang tidak pantas untuk berada berada di SurgaMu, tapi kami juga tidak akan kuat dan tahan di nerakaMU ya ALlah, untuk itu lindungilah kami beserta keluarga kami dari pedihnya siksa api neraka
Ya ALlah perkenankan kami nanti mati hanya dengan Khusnul Khatimah......
Ya Allah kami takut akan siksa dan amarahMU, bangunkan jiwa kami agar kami selalu bersimpuh bersujud di hadapanMu, hingga mengering air mata ini..........
Ya ALlah bimbinglah kami merawat mendidik anak-anak yang telah Kau amanahkan kepada kami sesuai dengan ajaran dan tuntunanMu Ya Allah, hingga mereka tidak pernah lupa sedikitpun terhadap kebesarMU, Mereka yang akan menjaga Aqidah dari Mu ya Allah.....
Amin.......
Selasa, 12 Mei 2009
SALAH SAPA? SMM & QA/QC BERMASALAH...
Sejak dibentuknya struktur organisasi baru tahun 2009 tepatnya sejak Raker di Cibogo bulan Desember 2009, maka resmi ada Dept. QA/QC. Dengan dibentuknya departemen tersebut maka sudah seharusnya ada Managernya. Dan amanah itu diberikan ke Saya yang kebetulan sebelumnya saya yang memelihara SMM ISO 9001:2000 sebagai Management representative.
Departemen yang sebelunya gak ada otomatis harus muali dari nol. Langkah pertama menyusun organisasi lancar, hingga 1 (satu) bulan pertama organisasi yang saya harapkan sudah terisi beberapa staf untuk Quality Assurance, Quality Control, Safety dan Dokumen Kontrol belum terisi juga. Dept. SDM menjanjikan segera ada, tapi gak kunjung datang dan terisi organisasi tersebut. Sementara saya juga mendapat kesibukan baru dengan mengelola Project di Jepara dengan Sumitomo. Staff yang saya harapkan dapat memperingan kerja saya gak kunjung hadir. Disisi lain tanggung jawab terhadap SMM ISO 9001:2000 sepertinya masih melekat dipundakku walaupun secara tugas tidak pernah ada kalo ikut Surat Keputusan dan Organisasi yang baru. Sendiri dengan tanggung jawab sedemikian besar membuat aku kalang kabut, sedangkan staff yang saya harapkan gak kunjung ada, nggak tahu maksud dari SDM apa ini, atau sengaja begitu untuk menjatuhkan saya....(pikiran yang picik dan full su'udzon). tapi inilah yang terjadi.
Memang jujur secara progress aku merasa gak ada perubahan apa-apa terhadap aktifitas masalah Quality Assurance dan Quality Control. Ini jelas gamblang terlihat, karena secara data aku gak punya apa-apa. Dari proyek hak pernah ada laporan ke saya, seentara kalau di telphone alasan sedang sibuk nanti di email. Tapi kenyataan gak pernah ada laporan.
Dan inilah yang menjadikan malapetaka. Tiba-tiba hari ini Mei tanggal 13 tahun 2009 jam 09.00 pagi aku dipanggil Dirut, dan menurut beliau Dept. QA/QC adalah yang paling WORST kinerjanya dibanding Dept. Lain. dan menurutku penilaian ini juga gak salah. Saya amini apa yang beliau katakan, dan prinsip saya gak mau menyalahkan departemen lain. Biarin aja.
Departemen yang sebelunya gak ada otomatis harus muali dari nol. Langkah pertama menyusun organisasi lancar, hingga 1 (satu) bulan pertama organisasi yang saya harapkan sudah terisi beberapa staf untuk Quality Assurance, Quality Control, Safety dan Dokumen Kontrol belum terisi juga. Dept. SDM menjanjikan segera ada, tapi gak kunjung datang dan terisi organisasi tersebut. Sementara saya juga mendapat kesibukan baru dengan mengelola Project di Jepara dengan Sumitomo. Staff yang saya harapkan dapat memperingan kerja saya gak kunjung hadir. Disisi lain tanggung jawab terhadap SMM ISO 9001:2000 sepertinya masih melekat dipundakku walaupun secara tugas tidak pernah ada kalo ikut Surat Keputusan dan Organisasi yang baru. Sendiri dengan tanggung jawab sedemikian besar membuat aku kalang kabut, sedangkan staff yang saya harapkan gak kunjung ada, nggak tahu maksud dari SDM apa ini, atau sengaja begitu untuk menjatuhkan saya....(pikiran yang picik dan full su'udzon). tapi inilah yang terjadi.
Memang jujur secara progress aku merasa gak ada perubahan apa-apa terhadap aktifitas masalah Quality Assurance dan Quality Control. Ini jelas gamblang terlihat, karena secara data aku gak punya apa-apa. Dari proyek hak pernah ada laporan ke saya, seentara kalau di telphone alasan sedang sibuk nanti di email. Tapi kenyataan gak pernah ada laporan.
Dan inilah yang menjadikan malapetaka. Tiba-tiba hari ini Mei tanggal 13 tahun 2009 jam 09.00 pagi aku dipanggil Dirut, dan menurut beliau Dept. QA/QC adalah yang paling WORST kinerjanya dibanding Dept. Lain. dan menurutku penilaian ini juga gak salah. Saya amini apa yang beliau katakan, dan prinsip saya gak mau menyalahkan departemen lain. Biarin aja.
Selasa, 27 Januari 2009
LANGKAH
Ke jalan mana aku harus melangkah?
Dalam setiap detik, kaki ini harus melangkah. Sedang ke arah mana yang di tuju itu yang membuat pusing. kadang kita di buat bingung dengan pilihan hidup yang ada sekarang ini. Sama persisnya di tempat kerja. Yes-man cenderung akan mudah meniti karier dan apa yang di maui cepet tercapai, gak peduli pake sistem gaya katak. tangan berusaha nyingkirin yang ada di depan kita, sedangka kaki nendang siapa saja yang pantas untuk di tendang.
Nah sekarang hati nurani yang harus di ajak bicara.
Saat ini orang yang dipercaya boss bukan bersikap amanah, tetapi menerjemahkan instruksi boss dengan versi mereka sendiri, dan mereka menuntut pembenaran atas apa yang dilakukan. Selain kurangnya komitmen, dan selalu berubah pendiriannya si boss, akan membuat organisasi menjadi ladang subur membuat fitnah, trik dan intrik akan menjadi subur, ABS ya Asal Babe Seneng.
sekarang tetuin langkah , kemana yang harus di ambil, menurut nurani ato nafsu.
Terserah, hidup adalah pilihan
Yang pasti saya hanya melangkah di jalan yang benar sesuai aturan yang sudah ditetapkan oleh ALLah SWT.
Dalam setiap detik, kaki ini harus melangkah. Sedang ke arah mana yang di tuju itu yang membuat pusing. kadang kita di buat bingung dengan pilihan hidup yang ada sekarang ini. Sama persisnya di tempat kerja. Yes-man cenderung akan mudah meniti karier dan apa yang di maui cepet tercapai, gak peduli pake sistem gaya katak. tangan berusaha nyingkirin yang ada di depan kita, sedangka kaki nendang siapa saja yang pantas untuk di tendang.
Nah sekarang hati nurani yang harus di ajak bicara.
Saat ini orang yang dipercaya boss bukan bersikap amanah, tetapi menerjemahkan instruksi boss dengan versi mereka sendiri, dan mereka menuntut pembenaran atas apa yang dilakukan. Selain kurangnya komitmen, dan selalu berubah pendiriannya si boss, akan membuat organisasi menjadi ladang subur membuat fitnah, trik dan intrik akan menjadi subur, ABS ya Asal Babe Seneng.
sekarang tetuin langkah , kemana yang harus di ambil, menurut nurani ato nafsu.
Terserah, hidup adalah pilihan
Yang pasti saya hanya melangkah di jalan yang benar sesuai aturan yang sudah ditetapkan oleh ALLah SWT.
Rabu, 21 Januari 2009
ELEGI RINDU
Sejumput kenangan yang mulai rapuh
terbayang samar dikelopak keriput
Sinar lembayung yang perlahan memudar
Merasuk di pelupuk yang mulai rabun
Keriput usia membalut raga
cahaya perak penghias mustika
segores senyum terkembang
secercah cahaya mata rabun
Desah nafas memburu dimakan masa
tongkat penyangga yang selalu setia
Semangat yang terus membara
Tak kenal usia mulai renta
Hari ini
Aku merasakan kerinduan
pada wajah keriput renta
pada cahaya keperakan uban
pada helaian hangat tangan tua
pada nyanyian indah bibir senja
pada nasehat penghantar tidur malam
pada langkah gemetar
Hari ini
Aku merasakan kerinduan
Pada lelaki tua yang selalu menunggu
anak dan cucu
hadir
bercanda
bercerita
berpetuah
Hari ini setahun yang lalu
Kau selesaikan tugas mulia
Mengasuh kami
Membimbing kami
Mendidik kami
Membesarkan kami
Menjaga kami
Membekali kami
Hari ini setahu yang lalu
Engkau menghadap kembali
ke Illahi Rabbi
Hari ini setahun yang lalu
Engkau pergi
meninggalkan kami
yang belum sempat
membalas jasamu
belum sempat kami
membalas budi baikmu
Selamat jalan Ayah
Selamat bertemu kembali dengan Rabb
Hanya do'a kami
yang bisa menghantar
yang bisa menyertai
dalam menghadap Illahi Rabbi
Rabbighfirli waliwalidaiya
warhamhuma kama
Rabbayani Saghiraa
Selamat Jalan Ayah
Hanya Surga yang pantas
untuk-MU
Agung WS
22 Januari 2009
terbayang samar dikelopak keriput
Sinar lembayung yang perlahan memudar
Merasuk di pelupuk yang mulai rabun
Keriput usia membalut raga
cahaya perak penghias mustika
segores senyum terkembang
secercah cahaya mata rabun
Desah nafas memburu dimakan masa
tongkat penyangga yang selalu setia
Semangat yang terus membara
Tak kenal usia mulai renta
Hari ini
Aku merasakan kerinduan
pada wajah keriput renta
pada cahaya keperakan uban
pada helaian hangat tangan tua
pada nyanyian indah bibir senja
pada nasehat penghantar tidur malam
pada langkah gemetar
Hari ini
Aku merasakan kerinduan
Pada lelaki tua yang selalu menunggu
anak dan cucu
hadir
bercanda
bercerita
berpetuah
Hari ini setahun yang lalu
Kau selesaikan tugas mulia
Mengasuh kami
Membimbing kami
Mendidik kami
Membesarkan kami
Menjaga kami
Membekali kami
Hari ini setahu yang lalu
Engkau menghadap kembali
ke Illahi Rabbi
Hari ini setahun yang lalu
Engkau pergi
meninggalkan kami
yang belum sempat
membalas jasamu
belum sempat kami
membalas budi baikmu
Selamat jalan Ayah
Selamat bertemu kembali dengan Rabb
Hanya do'a kami
yang bisa menghantar
yang bisa menyertai
dalam menghadap Illahi Rabbi
Rabbighfirli waliwalidaiya
warhamhuma kama
Rabbayani Saghiraa
Selamat Jalan Ayah
Hanya Surga yang pantas
untuk-MU
Agung WS
22 Januari 2009
Selasa, 20 Januari 2009
Nasib
Bener nasib kalo sudah begini. Ada saja masalah yang harus tak hadapi smentara ini bener2 bukan kesalahanku. Ditikam dari belakang mungkin ini penggambaran yang tepat. AKu berusaha menolong orang yang sebenarnya gak punya kemampuan untuk mimpin proyek, dan benar proyek jalan, secara kerjaan OK, no problem, tapi penyimpangan dan keuangan mulai terjadi. Teguran pertama OK, kedua lewat, dan sekarang puncaknya. Ratusan juta di telan gitu aja, dan yang menyakitkan katanya uang saya yang ngabisin. Na'idzubillah, aku masih orang yang beragama. Aku tahu benar thd dosa, dan aku gak akan ngasih anak istriku uang gak bener kaya gitu, apalagi ngembat. Naudzubillah.
Saya juga gak ngeh, ato karena merasa terimpit, keselamatanku terasa terancam, ato ini cuman perasaanku. Entahlah
Saya harap sesuatu yang buruk tidak akan terjadi. Kapok aku coba mengangkat orang tapi malah aku sendiri yang tertikam, ato ini bukan manusia, jelmaan jin ifrit.
Astaghfirullah, aku Mohon Ampun kepada-Mu ya Alllah.
Saya juga gak ngeh, ato karena merasa terimpit, keselamatanku terasa terancam, ato ini cuman perasaanku. Entahlah
Saya harap sesuatu yang buruk tidak akan terjadi. Kapok aku coba mengangkat orang tapi malah aku sendiri yang tertikam, ato ini bukan manusia, jelmaan jin ifrit.
Astaghfirullah, aku Mohon Ampun kepada-Mu ya Alllah.
Dingin, senyap, Banjir lagi...
Sepi dalam kurun beberapa hari, tanpa sedikitpun informasi dari segenap anggota milist
Apa ini yang dinamakan mati suri
Ah, entahlah
Yang pasti milist ini sepertinya gak ada kehidupan
Ato, semua pada wait and see
Ah, embuhlah…
Semalam hujan deras
Adhem, dingin………..
Was-was
Dan benar…..
Pagi buta Jakarta terendam lagi
Semua ngungsi
Tapi kemana lagi
Yah, kembali jadi saingan burung merpati
Di atap rumah yang terus basah keguyur hujan
Berteduhkan selembar jas ujan kumal dan bolong
Yapi gak apalah
Yang penting gak kerendem
Tapi keguyur
Sama aja yah
Basah
Dan basah
Malam ini genting rumah berpenghuni lagi
Setelah sekian lama ditinggal
Tapi itu bukan rumahku
Rumah orang lain
Yang jauh disana
Walo aku tetap was-was
Jangan lagi air merendamrumahku lagi
Kapok
Tobat
Gak lagi-lagi ah
Tapi ini salah siapa?
Aku gak pernah nebang pohon kok
Aku gak pernah buang sampah sembarangan
Truss………….????????
--Agung WS 90ers--
Apa ini yang dinamakan mati suri
Ah, entahlah
Yang pasti milist ini sepertinya gak ada kehidupan
Ato, semua pada wait and see
Ah, embuhlah…
Semalam hujan deras
Adhem, dingin………..
Was-was
Dan benar…..
Pagi buta Jakarta terendam lagi
Semua ngungsi
Tapi kemana lagi
Yah, kembali jadi saingan burung merpati
Di atap rumah yang terus basah keguyur hujan
Berteduhkan selembar jas ujan kumal dan bolong
Yapi gak apalah
Yang penting gak kerendem
Tapi keguyur
Sama aja yah
Basah
Dan basah
Malam ini genting rumah berpenghuni lagi
Setelah sekian lama ditinggal
Tapi itu bukan rumahku
Rumah orang lain
Yang jauh disana
Walo aku tetap was-was
Jangan lagi air merendamrumahku lagi
Kapok
Tobat
Gak lagi-lagi ah
Tapi ini salah siapa?
Aku gak pernah nebang pohon kok
Aku gak pernah buang sampah sembarangan
Truss………….????????
--Agung WS 90ers--
Langganan:
Postingan (Atom)